[TULUS] At My Worst

“Kita sadar ingin bersama, tapi tak bisa apa-apa.”

—Sepatu, Tulus.

©kidokei 2016

“Doni, Lan, Doni.”

Aku sontak mendongakkan kepalaku. “Ganteng, anjir.”

“Lah, lo ga liat pasangan dia siapa?”

“Hah pasangan?”

Widya menunjuk ke arah berlawanan di tempat Doni Marizky—orang yang aku sukai diam-diam—berdiri di panggung perayaan ulang tahun sekolah kami hari ini.

“Si Thalita!”

Seketika tungkaiku melemas. Jantungku serasa mencelos melihat gadis berparas ayu tersebut berdiri anggun dengan gaun ala pernikahan yang berwarna selaras dengan Doni; melambai-lambaikan tangannya di atas sana.

“Lan, lo gapapa? Lan?”

Aku menganggukkan kepalaku pelan. Widya yang melihatku seperti ini lantas meraih kedua pundakku, mengajakku menjauh dari keramaian dan membawaku ke taman sekolah.

“Lan, lo gapapa?” ulang Widya yang jelas sangat mengkhawatirkanku saat ini.

Aku masih menundukkan kepalaku, agaknya masih dalam proses menenangkan pikiranku yang sudah lari kemana-mana.

“Tuh ‘kan Wid, gue tau mereka pasti ada apa-apanya. Ga mungkin kalo ga ada hubungan mereka jadi pasangan nikah di lomba ulang tahun sekolah kali ini.”

Air mata yang berusaha kubendung sejak kakiku melemas di barisan penonton tadi melesak keluar. Widya melihatnya, dan tentu gelagapan.

“Lan, udahlah, kalo memang mereka ada hubungan, ikhlasin aja. Toh selama lo suka sama dia, dia ga pernah bales baik-baik perasaan lo ‘kan?”

Aku tahu Widya bermaksud baik, tetapi hati dan pikiranku benar-benar kacau. Aku tidak bisa berpikir jernih untuk sekarang, terlampau sakit hati sebab dijatuhkan begitu saja oleh Doni.

Tak hanya sakit hati, rasa malu juga ikut menyelimutiku. Momen di mana aku memamerkan sikap Doni—yang secara logis biasa-biasa saja—dapat membuatku melayang hingga ke awan-awan di tempo hari. Aku malu tentang bagaimana kira-kira reaksi mereka terhadapku perihal aku yang tampak sangat bodoh ini di mata mereka—terhitung sejak hari ini, dan… entahlah, banyak sekali sesuatu yang membuatku kacau sekarang ini.

“F*ck him, Wid. Gue beneran malu-maluin,” lirihku di sela isakanku.

Widya merengkuhku dalam dekapannya, erat sekali, kemudian mengelus punggungku lembut. “Lo ga bodoh, Doni aja yang berengsek, Lan. Gue udah tau dia berengsek semenjak gue nangkap basah dia chatting-an sayang-sayangan sama banyak cewek.”

Tangisanku semakin menjadi-jadi. “Maafin gue Wid, gue udah ngebantah sama lo padahal udah jelas-jelas lo peringatin gue dari dulu, dan gue malah baru sadar pas lagi sayang-sayangnya sama dia gini.”

Widya masih setia mengelus-elus punggungku dengan sangat lembut. Entah kenapa, pelukan yang sahabatku berikan kali ini sangatlah terasa hangat di tubuhku.

Nyaman. Satu kata yang terpikirkan olehku sebab perilakunya kepadaku pada saat terpurukku kini.

“Gapapa, gapapa Lan. Namanya lagi jatuh cinta juga ‘kan, dinasihatin mah ga bakalan mempan,” ujar Widya seraya terkekeh pelan.

Aku tersenyum, melepaskan tautan kami seraya menghapus jejak air mata di pipiku. “Si anjir, apa gue harus jatuh cinta sama lo aja ya Wid biar gue ga sakit hati mulu.”

“Lah, kita punya jenis kelamin sama, Neng. Cewek. Ntar kalo kita pacaran kita ngelanggar larangan Allah. Bisa dosa besar.”

“Aelah, gue juga masih normal kali ah,” cibirku lantas menjauhkan tubuhku beberapa senti dari tubuh Widya.

Begitu terus hingga suara tawa kami mengisi keheningan di taman belakang sekolah ini. Hingga beberapa saat setelahnya, aku dan Widya sudah merasa puas tertawa lepas, keheningan menyelimuti kami berdua.

Aku yang akhirnya memutuskan untuk mengingat lagi ucapan kami baru saja seketika tersenyum tipis.

“Kita tuh ya, kayak lagunya Bang Tulus, Wid.”

“Kok bisa? Lagu yang mana?”

“Sepatu. ‘Kita sadar ingin bersama, tapi tak bisa apa-apa’.”

“Dih, najis gue bersama-sama sama lo, Lan.”

“Kok kamu sekarang gitu sama aku sih, Sayang?”

“Iyuhhh Lana, jauh-jauh sana!!!”

.

.

.

Teruntuk teman dekatku, terima kasih telah menghiburku di saat aku merasa terpuruk:) Pengennya sih aku pacarin kalian aja, tapi aku nggak mau ngelanggar aturan agama, since kita sama-sama cewek. Nanti kalo putus juga malah susah ‘kan ya.

tamat.

---

kido’s note: aku gatau ini pantes dipost apa nggak hahaha. seenggaknya aku beneran tulus nulis ini. ini beneran apa yang aku rasain sama temen2 deketku, aku pengen macarin mereka tapi gender kami sama…yaudah jadi temen aja daripada dosa .gggggg buat moodboardnya…seems spoiler…dan ga bermutu, myane jeongmal.